Universitas Sebagai Sarana Pembangun Peradaban Islam




Para sejarawan modern sepakat bahwa al-Qur’an dan Sunnah memberikan kekuatan pendorong bagi bangkitnya ilmu dan peradaban. Namun, al-Qur’an dan Sunnah tidak melulu berbicara tentang ilmu, tapi juga obyek ilmu yaitu alam semesta dan subyeknya yaitu manusia.
Al-Qur’an dan Hadith itu sendiri memancarkan kekuatan konsep yang menjadi pendorong lahirnya ilmu. Asas ilmu dan peradaban Islam itu adalah konsep seminal dalam al-Qur’an dan Sunnah. Konsep-konsep itu kemudian ditafsirkan, dijelaskan dan dikembangkan menjadi berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
Keseluruhan kandungan al-Qur’an dan Sunnah merefleksikan suatu cara pandang terhadap alam baikdunia maupun alam akherat yang secara konseptual membentuk apa yang kini disebut Pandangan Alam, Pandangan Hidup atau Worldview, maka dapat dikatakan pula bahwa pandangan hidup Islam merupakan asas peradaban Islam. Dan karena inti dari pandangan alam Islam adalah ilmu pengetahuan maka dapat disimpulkan lebih lanjut bahwa ilmu pengetahuan adalah asas peradaban Islam. Franz Rosenthal penulis buku Knowledge Triumphant (Keagungan Ilmu) dalam Islam menyimpulkan bahwa “ilmu adalah Islam”. Secara historis tradisi intelektual dalam Islam dimulai dari pemahaman (tafaqquh) terhadap Al-Qur'an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw.
Perjalanan peradaban islam masa lalu- masa kini :

1.   Peradaban dimulai dari komunitas kecil yang bergiat mempelajari al-Quran dan Sunnah
2.   Komunitas yang dipengaruhi oleh pandangan hidup al-Qur’an itu kemudian bertambah besar dengan membentuk kekuatan militer yang akhirnya menjadi institusi negara
3.   Kekuatan dan orientasi politik umat Islam itu begitu besar, namun visi dan misi umat Islam secara keseluruhanya hampir sama yaitu mengembangkan ilmu pengetahuan 

Jika peradaban Islam dimasa lalu dibangun dengan ilmu pengetahuan maka dimasa depan juga perlu dibangun dengan ilmu. Namun, dimasa kini kondisi politik dan ekonomi umat Islam tidak mendukung pengembangan ilmu pengetahuan Islam dengan setting yang persis sama dengan masa. Karena asas peradaban Islam adalah ilmu pengetahuan yang bersumber pada al- Qur’an dan Sunnah maka peranan ilmu pengetahuan yang sangat sentral dalam keseluruhan struktur konsep peradaban Islam perlu dikembalikan sebagaimana aslinya

Masuknya pandangan hidup asing – ilmu pengetahuan Islam perlu di bersihkan dari konsep-konsep dari pandangan hidup asing yang bertentangan dengan ajaran Islam untuk mengembalikan sentralitas peran ilmu Muslim perlu melakukan Islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer. Namun, pembebasan Muslim dari konsep, tradisi dan kepercayaan asing itu tidak sesederhana itu. Dalam paragraf yang sama al-Attas memperkenalkan proses islamisasi sebagai proyek filosofis menyeluruh yang melibatkan pertama-tama bahasa dan kemudian sampai pada pemikiran dan akal.

Secara epistemologis, Islamisasi berkaitan dengan pembebasan akal manusia dari  keraguan (shakk), prasangka (zann) dan argumentasi yang siasia (mira’) menuju kepada pencapaian keyakinan (yaqin) dan kebenaran (haqq) tentang realitas-realitas spiritual, penalaran dan material.Universitas Islam adalah tempat strategis untuk pengembangan individu yang beradab.

Dalam pendidikan universitas Islam harus terlebih dahulu diletakkan dan berlandaskan pada interpretasi yang benar terhadap Hikmah Ilahiyah sehingga dapat melahirkan sarjana, ulama dan pemimpin Muslim yang mempunyai pandangan hidup Islam. Penekanan pada pendidikan tinggi merupakan salah satu tradisi dalam Islam dan menjadi perhatian utama para pemikir Muslim sejak dulu.Bahkan, target utama dan misi Nabi adalah untuk mendidik individu yang dewasa dan bertanggungjawab.

Tetapi fenomena sekarang menunjukkan bahwa beberapa universitas hanya menuntut lulusan nya sebagai karyawan bukan pemimpin, hal ini disebabkan adanya pengaruh dari westernisasi dan modernisasi

Sejarah telah membuktikan bahwa keagungan suatu masyarakat adalah tercermin daripada kualitas perguruan tinggi masyarakat tersebut, faktanya umat Islam hari ini lebih banyak mendirikan universitas yang hanya meniru pola dan model universitas masyarakat Barat. Universitas Islam sepatutnya berbeda dari universitas Barat baik dalam bentuk, konsep, struktur, dan epistemologinya.
Universitas (al-Jami’ah, al-kulliyah) harus dapat membentuk manusia universal yaitu manusia sempurna. Seorang ulama atau sarjana bukanlah seorang spesialis dalam salah satu bidang. Tetapi seorang yang universal dalam cara pandangnya terhadap kehidupan dan mempunyai otoritas dalam beberapa bidang keilmuan yang saling terkait.

Referensi : Zarkasyi. F.Hamid, Membangun Peradaban Islam dengan Ilmu Pengetahuan

Comments

Popular Posts